Menurut al Qurâ’an diantara simpul-simpul yang dapat mengantar pada keluarga sakinah tersebut terdapat 5 Resep…...
Pertama, Dalam keluarga itu ada mawaddah dan rahmah . Apa itu mawaddah……, mawaddah adalah jenis cinta yang membara, cinta yang menggebu-gebu, sedangkan Rahmah adalah jenis cinta yang lembut, siap berkorban dan siap melindungi kepada yang dicintai. Apakah cukup dengan Mawaddah saja……………. Bila hanya ada mawadah saja masih kurang menjamin untuk membangun kelangsungan rumah tangga, akan tetapi sebaliknya, bila terdapat rahmah, lama kelamaan akan menumbuhkan mawaddah.
Kedua, Hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling membutuhkan, seperti halnya pakaian, dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna). Dimana fungsi pakaian yaitu ada tiga,
(1) menutup aurat, (2) melindungi diri dari panas dingin, dan (3) sebagai perhiasan.
Oleh karena itu suami terhadap isteri ataupun sebaliknya,istri terhadap suami, harus saling menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika isteri mempunyai suatu kekurangan, suami tidak menceritakan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Jika isteri sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke dokter, begitu juga sebaliknya. Isteri harus selalu tampil membanggakan suami, suami juga harus tampil membanggakan isteri, jangan terbalik di luaran tampil menarik untuk orang lain, sedangkan di rumah nglombrot menyebalkan. ( makanya rata rata, banyak orang dibilang baik dimata umum tetapi belum tentu baik didalam rumahtangganya ) ada contoh lagi ( Rata rata orang buat rumah yang dibuat bagus sisi depannya/empernya, karna apa….inginnya membuat nyaman orang lain yang melihatnya, urusan dalam belakangan bahkan kurang dipikirkan ) kalo begitu tidak usah buat rumah buat emper saja….
Ketiga, Suami isteri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial dianggap patut (ma`ruf), tidak asal benar dan hak, Wa`a syiruhunna bil ma`ruf, Besarnya memberikan mahar, memberikan nafkah, sampai cara bergaul dan sebagainya harus memperhatikan nilai-nilai ma`ruf. terutama yang harus diperhatikan oleh suami isteri yang berasal dari kultur yang menyolok perbedaannya. Bisa karna hartanya, bias karena keturunannya, bias karena parasnya.
Keempat, Menurut hadis Nabi, pilar keluarga sakinah itu ada empat (idza aradallohu bi ahli baitin khoiran dst);
(a) memiliki kecenderungan kepada agama,
(b) yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda,
(c) sederhana dalam belanja,
(d) santun dalam bergaul dan
(e) selalu introspeksi.
Kelima, Menurut hadis Nabi juga, empat hal akan menjadi faktor yang mendatangkan kebahagiaan keluarga (arba`un min sa`adat al marâ’i), yakni
(a) suami / isteri yang setia (saleh/salehah),
(b) anak-anak yang berbakti,
(c) lingkungan sosial yang sehat , dan (d) dekat rizkinya.
Dalam zaman apapun, jika petunjuk Rasul tersebut diatas diikuti, maka pada keluarga itu akan terbangun benteng yang kokoh terhadap penyakit kerangkeng sosial itu dan menjadi keluarga sakinah mawaddah warahmah.
Saya contohkan ada beberapa tingkatan kualitas keluarga.
Pertama kualitas mutiara. Mutiara tetaplah mutiara meski terendam puluhan tahun di dalam lumpur. Keluarga yang berkualitas mutiara, meski hidup di zaman yang rusak atau tinggal di lingkungan sosial yang rusak, ia tetap terpelihara sebagai keluarga yang indah dengan pribadi-pribadi yang kuat. Keluarga ini memiliki mekanisme dan sistem dalam pergaulan sosial yang menjamin keutuhan kualitasnya meski di tengah masyarakat yang tak berkualitas.
Kedua, kualitas kayu. Kursi kayu akan tetap kuat dan indah jika berada dalam ruang yang terlindung, tetapi jika terkena panas dan hujan, lama kelamaan akan rusak. Model keluarga seperti ini sepertinya terpengaruh oleh lingkungan negatif masyarakatnya, tetapi sebenarnya yang terpengaruh hanya lahirnya saja, mungkin hanya mode pakaiannya, hanya kemasan lahirnya, sedangkan etosnya, semangatnya, komitmennya, keteguhannya tidak terlalu terusik oleh situasi sosial. Kerusakan lahir keluarga ini dapat segera diperbaiki dengan sedikit shock therapy, dengan sedikit pendisiplinan kembali, seperti kursi yang rusak karena kehujanan bisa diperbaiki dengan dipoliytur kembali.
Sementara itu, yang ketiga kualitas kertas, apalagi sekelas kertas tissue, ia segera akan hancur jika terendam air. Model keluarga seperti ini sangat rapuh terhadap dinamika sosial. Mereka mudah mengikuti trend zaman dengan segala macam assesorisnya sehingga identitas asli keluarga itu hampir tidak lagi nampak. Segala macam trend masyarakat diikuti dengan semangat, tanpa mempertimbangkan esensinya. Di butuhkan laminating sosial untuk melindungi keluarga seperti ini dari pengaruh buruk masyarakatnya. Laminating sosial bisa berbentuk pakaian, yaitu mengenakan pakaian yang dikenali sebagai pakaian orang baik-baik, misalnya busana muslimah, bisa juga menjadi anggota dari club atau kumpulan orang-orang yang dikenali sebagai kumpulan orang-orang baik, misalnya menjadi anggota majlis pengajian atau orhganisasi yang dikenal melakukan aktifitas keagamaan berstruktur, atau tinggal di dalam lingkungan yang ketat sistem pemeliharaan identitasnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar