A. PERALATAN
Untuk melakukan
Identifikasi terhadap Jaring Insang, diperlukan peralatan sebagai berikut :
2. Meteran 3 – 5
m ;
3. Penggaris 30
cm ;
4. Pensil untuk
menentukan diameter / ketebalan benang jaring ;
5. Jangka Sorong
untuk mengetahui ukuran mata jaring atau simpul ;
6. Alat Hitung (Counter
) untuk menghitung banyaknya mata jaring dan komponen gill net
( pelampung,pemberat dll );
7. Tali / benang
/ rafia untuk menandai tiap unit hitungan mata jaring.
B.
Menentukan Ukuran Komponen Jaring insang (Gill Net )
1. Komponen Utama Jaring
a. Tali Pelampung
1) Dalam 1 Pis Jaring, Panjang Tali Pelampung
diukur dari Ujung ke Ujung (Kiri – Kanan) dalam meter (lihat gambar 7).
2) Diameter tali pelampung diukur pada penampang
terluar garis tengah tali (mm) (lihat gambar 1).
3) Bahan Tali Pelampung yang umum digunakan
untuk Jaring Insang adalah Polyethylene (PE), dengan garis tengah
(diameter) 5 – 8 mm.

Gambar 21. Panjang Tali Pelampung dan diameter Tali Pelampung
b. Pelampung
Cara mengidentifikasi
sebuah pelampung yaitu dengan mencatat kode pelampung, bahan pelampung, ukuran
diameter luar dan diameter dalam lubang, panjang pelampung dan daya apung (jika
telah diketahui) serta kebutuhan pelampung dalam 1 (satu) pis jaring. Pelampung
pada umumnya berkode Y-3 atau Y-8 (PVC) atau terbuat dari karet (lihat gambar 8).
|
|

Gambar 22. Indentifikasi Pelampung
Dengan mengetahui
jumlah pelampung dalam 1 pis jaring dan jarak antar pelampung (m), maka secara
cepat dapat dihitung panjang jaring dalam 1 pis dan dalam seluruh rangkaian
jaring yang dioperasikan, dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
![]() |
Panjang
Jaring (1 pis) = (n – 1 ) j
n = Jumlah pelampung (bh)
j =
Jarak antar pelampung (m)
![]() |
Panjang
rangkaian jaring = (n – 1) j x N
N = Jumlah jaring yang dirangkai/disambung
dalam operasi penangkapan Ikan (pis)
c. Tali
Penguat Tali Ris Atas
1)
Menentukan panjang tali penguat tali ris atas
(Bolch line) diukur dari ujung sampai pangkal tali (dari ujung kiri ke
ujung kanan) dalam meter (m) (lihat
gambar 3).
2)
Diameter Tali Penguat Tali Ris Atas
Mengukur diameter
tali penguat tali ris atas diukur pada penampang terluar garis tengah tali (mm)
atau nomor benang/tali dari Pabrik pembuatnya bila bahan terbuat dari Nylon monofilament (lihat gambar 9).

Gambar 23. Tali
Penguat Tali Ris Atas
![]() |


d. Tali Ris Atas
1)
Panjang Tali Ris Atas
Mengukur Panjang Tali Ris Atas yaitu diukur
dari ujung sampai pangkal tali ris atas dalam meter (m)
(lihat gambar 10).
2)
Diameter Tali Ris
Mengukur Diameter Tali Ris atas diukur pada
penampang garis tengah tali (mm) atau nomer bagi bahan tali terbuat dari Nylon
Monofilament (lihat gambar 10).
|



Gambar 25. Tali Ris Atas dan Diameternya
3)
Arah Pilinan Tali
Menentukan arah pilinan tali yaitu dengan
meletakkan ibu jari tangan kanan atau kiri, ke arah pintalan tali. Bila arah
pintalan sama dengan arah ibu jari tangan kanan, maka pintalan tali disebut
pintalan kanan (S), tetapi bila arah pintalan sama dengan arah ibu jari tangan
kiri, maka disebut pintalan atau pilinan kiri (Z).

PILINAN KIRI PILINAN KANAN
Gambar 26. Arah Pilinan Tali
e.Jaring ( Webbing )
·
Ukuran
webbing terdiri dari panjang dan dalam, panjang
webbing dinyatakan dalam meter pada keadaan mesh
tertutup (stretched mesh).
·
Jika sistem
penomoran yang digunakan adalah R Tex, panjang dinyatakan dalam meter, dan jika
sistem penomoran menggunakan Denier system panjang dinyatakan dalam yard.
·
Jika
menggunakan system penomoran R Tex panjangnya adalah 100 meter, bila
menggunakan sistem Denier panjangnya adalah 100 yards.
·
Ukuran
Jaring
Ukuran jaring (Webbing) yaitu ukuran
panjang jaring dalam meter (m) atau dalam jumlah mata jaring secara horizontal
atau memanjang (mesh length) dan lebar jaring dalam meter (m) atau dalam jumlah mata jaring kearah
Vertikal (mesh depth). Misalnya seperti pada gambar di bawah ini.
Mata jaring ( mesh size ) yang
diijinkan di Indonesia minimal 1 inci ( 1” )
Mesh length ( ML )
646
1”
1”
40 40
646
|
Mesh
depth
(MD)
Keterangan
: ML 646 mata
MD
40 mata
|
|
|
|
|
Mata jaring ( mesh size )
Mata jaring (Mesh size) adalah jalinan tali jaring
yang terdiri dari 4 knot dan 4 bar. Lebar mata jaring (Mesh size) ditentukan dengan mengukur jarak antara 2 knot yang
berjauhan pada sisi dalam mata jaring dan bahan jaring dalam keadaan basah.
Pengertian lain Mesh size adalah ukuran lubang pada jaring penangkap
ikan. Ukuran mata jaring minimum seringkali ditentukan dengan aturan untuk
menghindari penangkapan ikan muda yang bernilai rendah dan mentarget hasil
tangkapan setelah mencapai ukuran optimal untuk ditangkap.
a.
Cara
Menentukan Ukuran Mata Jaring (Mesh Size)
1.)
Bentuk-bentuk
mata jaring
Beberapa bentuk mata jaring produk pabrikan yang umum
dipasaran (gambar ).
|
|
|
|
|

Gambar 28. Bentuk-bentuk Mata Jaring
2.)
Menentukan
ukuran mata jaring (mesh size), panjang mata jaring (a) dan bukaan mata
jaring (OM).
|

Gambar 29. Pengukuran Mata Jaring
Ukuran mata jaring (mesh size)
merupakan jarak antar pertengahan simpul yang satu ke simpul lainnya yang
berhadapan dari suatu mata jaring yang teregang sempurna. Satuan panjang mata
jaring biasanya digunakan mm atau inci.


Gambar 30. Mata Jaring
2). Jaring insang bersifat selektif
terhadap besar ukuran ikan yang akan
diperoleh. Oleh sebab itu untuk mendapatkan hasil tangkapan yang sesuai
target ukurannya pada suatu fishing
ground, hendaklah mesh size
disesuaikan besarnya ukuran badan ikan
yang optimal/ekonomis pada fishing
ground tersebut
Menentukan Ukuran Girth ( keliling tubuh ikan )
Menentukan ukuran mata jaring
berdasarkan pada ukuran lingkaran Insang atau keliling tubuh ikan ialah dengan
melingkarkan benang tepat di belakang tutup Insang, lalu diukur panjang benang
tersebut, dapat dihitung dengan
persamaan :
OM = KG.G
Dimana
:
OM = Ukuran mata gill net
G = Lingkaran badan
ikan
KG = Koefisien empiris
sesuai bentuk ikan
0,40 : untuk ikan yang pipih dan panjang
0,44 : Untuk ikan yang
pendek dan lebar

Gambar 31. Ukuran girth tubuh ikan
Menentukan mata
jaring ( panjang ikan )
Menentukan ukuran mata jarring berdasarkan komoditas atau jenis
ikan yang akan ditangkap dengan mengambil ukuran rata-rata ikan, dapat
dihitung dengan persamaan :
OM
= L( ikan ) /K
Dimana
:
OM = Ukuran mata ( mm )
L =
Panjang rata-rata ikan yang akan ditangkap ( mm)
K = Nilai koefisien menurut jenis ikan
K = 5
: untuk ikan yang pipih dan panjang
K = 3,5 : untuk ikan yang
berukuran sedang ( tidak tebal dan tidak tipis )
K = 2,5
: untuk ikan yang berukuran besar,lebar dan tinggi
·
Ketegangan Rentangan Tubuh Jaring
Ketegangan
rentangan, akan mengakibatkan terjadinya peregangan (tension) pada bagian float
line maupun pada tubuh jaring, sehingga akan ada pengaruh terhadap jumlah
hasil tangkapan (catch). Jika jaring
direntangkan terlalu tegang, maka ikan sukar terjerat dan ikan yang sudah
terjeratpun akan mudah terlepas. Ketegangan rentangan jaring akan ditentukan
oleh bouyancy dari float, berat tubuh jaring. Tali temali, sinking force dari sinker dan shortening.
Tingkat
Pengkerutan (shortening / shringkage)
yaitu beda panjang tubuh jaring dalam keadaan tegang sempurna (stretch) dengan panjang jaring setelah
diikatkan pada float line dan sinker line. Shortening disebutkan dalam persen (%).
Contoh :
Panjang jaring utama (webbing) = 100 m. Setelah jadi jaring yang panjang float line dan sinker linenya = 70 m,
maka shorteningnya adalah 30 %.
Untuk gillnet
yang ikannya tertangkap secara gilled,
nilai shortening sekitar 30 – 40 %, sedangkan untuk ikan yang tertangkapnya
secara entangled shorteningnya
sekitar 35 – 60 %.
·
Tinggi Jaring
Tinggi jaring ialah jarak antara float line ke sinker line pada saat jaring tersebut terpasang di perairan. Jenis
jaring yang tertangkapnya ikan secara gilled,
lebih lebar jika dibandingkan dengan jaring yang tertangkapnya ikan secara entangled. Hal ini tergantung pada swimming layer dari pada jenis-jenis ikan
yang menjadi tujuan penangkapan.
Tinggi jaring (mesh
depth) ialah jarak dari float line
ke sinker line pada saat jaring
dipasang di perairan. Disebut dalam jumlah mata jaring ataupun meter.
·
Pengerutan (Shortening )
Pada setiap kemasan jaring yang dijual
dipasaran biasanya tercantum nomor, ukuran mata jaring ( mesh size ) dan jenis
bahan dari jaring tersebut. Panjang yang tertera pada label ditunjukkan dengan
jumlah mata jaring kearah panjang ( mesh
length ) atau disingkat dengan ML, sedangkan tinggi jaring ditunjukkan
dengan jumlah mata jaring kearah dalam ( mesh
depth) atau disingkat dengan MD, sebelum bahan jaring dibuat alat tangkap
biasanya ditentukan terlebih dahulu besar kecilnya kerutan (shortening) atau disingkat dengan S, di
Indonesia dan negara Asia lainnya Shortening
umum di digunakan dalam pembuatan alat tangkap,sedangkan negara Eropa
dan Amerika memakai perhitungan Hanging
ratio.
·
Hang-in ratio
Presentase
dari panjang bahan jaring yang direntangkan secara sempurna, dikurangi panjang
jaring setelah dipasang pada tali ris, kemudian dibagi dengan panjang bahan
jaring yang direntangkan secara sempurna
Untuk hang-in ratio pada bagian tali pelampung atau bagian tali ris atas
dapat dihitung dengan persamaan :
( L – la )
S ( % ) =

L
Untuk hang-in ratio bagian tali
pemberat atau bagian tali ris bawah dan bagian srampat dapat dihitung dengan
persamaan
( L – lb )
S ( % ) =

L
Dimana
:
S = Hang - in ratio
L = Panjang jaring kearah horizontal, yaitu jumlah total
mata jaring kearah horizontal dikalikan dengan ukuran mata jaring
la = Panjang tali
pelampung atau panjang tali ris bagian atas
Untuk hang-in
ratio bagian tali pemberat atau bagian tali ris bawah dan bagian srampat dapat
dihitung dengan persamaan.
lb = Panjang tali
pemberat atau panjang tali ris bagian bawah yang ada jaring utamanya.
·
Menentukan cara penggantungan (Hanging ratio)
Adalah presentase dari panjang jaring
yang terpasang pada tali ris dibagi dengan panjang jaring yang direntangkan
secara sempurna ( panjang jaring sebelum dibuat alat tangkap ). Hanging ratio horizontal pada gill net umumnya 0,5, jika haging ratio lebih kecil dari 0,5 jaring
cenderung memuntal ikan dan akan menangkap berbagai spesies ikan yang berbeda,
sebaliknya jika hanging ratio lebih
besar 0,5 maka jaring cenderung menjerat ikan dan lebih selektif dibandingkan
dengan jaring diatas, hal ini sering terjadi pada jaring hanyut.
Secara umum hanging ratio pada bagian tali ris bawah ( sinker line ) lebih besar dari pada hanging ratio bagian tali
ris atas ( float line ). Semakin
besar nilai hang-in ratio,tinggi
jaring semakin membesar tetapi lebar jaring semakin mengecil. Untuk nilai
hang-in ratio 100 %, tinggi jaring akan menjadi sama dengan lebar jaring
sebelum hang-in ratio

Gambar 32..Panjang Jaring Jadi dan Panjang Jaring Teregang Sempurna
Hanging Ratio ( E ) diformulasikan sebagai berikut :
Panjang tli tempat
jaring digantung ( L )

Panjangjaring teregang
yang digantung (Lo)
Contoh :
200
mata jaring teregang berukuran 50 mm, digantungkan pada tali yang panjangnya 8
meter
8 meter

Tali ( L )

Jaring teregang

8 meter

0,050 m x 200
- Tinggi jaring
Pemakaian tinggi jaring insang
disesuaikan dengan kedalaman perairan dimana jaring insang akan dipasang.Jumlah
mata jaring yang diperlukan untuk membuat jaring dengan tinggi Md tertentu atau
dihitung dengan persamaan :
![]() |

Dengan:
Md = Mesh depth, tinggi jaring ke arah dalam setelah hang-in ratio, hang-out ratio, hang
ratio atau hanging ratio ( tinggi
jaring setelah jaring dibuat alat tangkap).
m =
ukuran mata jaring ( mesh size ),
n = jumlah mata jaring kearah dalam
S =
nilai rata rata dari hang-in ratio,
hang-out ratio, hang ratio atau hanging
ratio dari bagian tali ris atas dan tali ris bawah.
Persamaan diatas bisa
dibuktikan sebagai berikut :
Apabila nilai hang-in ratio,hang-out ratio,hang ratio
atau hanging ratio antara bagian atas
( tali pelampung atau tali ris atas) dan bagian bawah ( tali pemberat dan tali
ris bawah ) akan dibuat berbeda, maka nilai hang-in
ratio,hang–out ratio,hang-ratio atau hanging ratio yang harus dipakai dalam
menentukan tinggi jaring adalah nilai S rata-rata (Shortening average )
Gaya Apung
Gaya apung yang
dimaksud adalah gaya apung yang ditimbulkan baik itu dari jaring, tali temali
maupun gaya apung yang ditimbulkan dari
beberapa jenis pelampung yang dipakai pada alat tangkap.perhitungan besarnya
gaya apung dari bahan jaring atau dari satu jenis pelampung dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
F = W ( 1/C –
1 ) atau F = V – W
Dimana :
F = gaya apung ( g )
V = Volume pelampung ( cc )
W = berat pelampung (
g )
C = berat jenis pelampung ( C < 1 ) dan
1 = berat jenis air
Daya tenggelam
Daya tenggelam yang
dimaksud adalah daya tenggelam yang ditimbulkan baik itu dari jaring,tali
temali maupun daya tenggelam yang ditimbulkan dari beberapa jenis pemberat yang
dipakai pada alat tangkap. Perhitungan besarnya daya tenggelam dari bahan
jaring atau dari satujenispemberat bisa dilakukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
S = W ( 1 - 1/C )
S = gaya tenggelam (
g )
W = berat pemberat (
g )
C = berat jenis
pemberat ( C > 1 )
1 = berat jenis air
Hubungan daya apung
dan daya tenggelam
Besar-kecilnya daya
apung dan daya tenggelam pada alat tangkap mempengaruhi ketegangan
posisi/penempatan jaring diperairan
Daya apung ekstra
Daya apung ekstra
adalah nilai daya apung positif hasil pengurangan total gaya apung alat tangkap
secara keseluruhan dengan total daya tenggelam dari alat tangkap secara
keseluruhan
Daya tenggelam ekstra
Daya tenggelam ekstra
adalah nilai daya tenggelam positif hasil pengurangan total daya tenggelam alat
tangkapsecara keseluruhan dengan total daya apung dari alat tangkap secara
keseluruhan
·
Bahan Jaring
Tentukan bahan jaring
apakah terbuat dari Nylon
Multifilament ( PA ), Nylon Monofilament
( PA Mono ),Polypropilene
(PP ) Polyethylene ( PE ),Polyester (PES), Polyvinyl alcohol (PVA) atau Polyvinylidene
(PVD )
·
Nomor Benang
Mentukan nomer benang yaitu berapa Denier (d) atau
berapa Tex atau berapa Resultan Tex (R Tex).
Tabel 2. Daftar Konversi
(Sumber : J.PRADO DAN P.Y.DREMIERE )
SYSTEM
TEXTILE
|
PA
|
PP
|
PE
|
PES
|
PVA
|
TITRE /
DENIER
|
210
|
190
|
380
|
250
|
267
|
INTERNATIONAL
TEX SYSTEM
|
23
|
21
|
42
|
28
|
30
|
Contoh : Nylon d/9 maka ditulis PA 210 d/9 atau R 228 Tex
Cara menghitung R Tex
bahan jaring PA Multifilament adalah sebagai berikut :
Bahan PA
Multifilament = 210 x 3 x 3 (dalam
Denier) diubah menjadi :
23 Tex x 3 x
3 = 207 Tex (nilai 23 berasal dari konversi, lihat Daftar/Tabel di bawah ini)
Untuk Real
Tex : + 10 % = R 228 Tex
Menentukan Diameter Benang Jaring
Ketebalan benang jaring monofilamen pada
umumnya diukur diameternya (Ø) (dengan satuan mm). Untuk menentukan diameter
benang jaring antara lain dilakukan dengan cara
:
1) Menggunakan alat ukur optik micrometer
Diameter benang dapat
diukur dengan menggunakan alat ukur optik dilengkapi sebuah skala micrometer, yang dapat dikalibrsi dan sebuah microskop
biasa ( lihat gambar 19 ). Tinggi alat ini kira-kira 130 mm.

Gambar 33. Alat Pengukur Diameter Benang
Contoh : Benang yang
akan diuji diletakkan diantara 2 lempengan logam yang berbentuk bundar ( A1 dan
A2. ). Dengan penekanan ringan pada kunci (B), jarum penunjuk Ketebalan Benang
2).Mengukur ketebalan atau diameter ( Ø ) benang biasanya
diukur dengan alat ukur yang disebut Jangka Sorong,
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai
seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak.
Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian
pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan display
digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05 mm untuk
jangka sorang dibawah 30 cm dan 0.01 untuk yang di atas 30 cm.

Gambar 34. Jangka Sorong
3) Cara Manual Yaitu Dengan Membuat
Lingkaran Benang Yang Akan diukur sebanyak 20 kali lilitan atau belitan pada pensil lalu diukur panjang
belitan tersebut dengan menggunakan penggaris. Bila belitan yang 20 kali itu 60
mm, maka diameter benang = 60/20 belitan = 3 mm.

Gambar 35. Pengukuran Cara Manual
f. Menentukan Srampat
1)
Ukuran Srampat (Selvedge) diukur sama
seperti ukuran jaring, memanjang
(mesh length)
atau dalam jumlah mata jaring atau dalam m dan lebar jaring dihitung berapa
jumlah mata ke arah vertikal
( mesh depth ) atau diukur dalam meter (m).
2)
Bahan jaring terbuat dari Polyethylene
(PE) / Nylon Multifilament (PA) / Nylon Monofilament ( PA Mono )
3)
Nomor Benang
Tentukan nomor benang
yaitu berapa denier (d) atau Tex atau R Tex.
Misal : Polyethylene
d/9 ditulis PE 380 d/9. Ukuran penomeran benang sintetis ini sudah dicantumkan
oleh Pabrik yang memproduksinya. Untuk benang Monofilament dapat juga
diukur diameternya dalam mm.
g. Menentukan Tali Ris Bawah
1)
Menentukan panjang tali ris diukur dari ujung
ke ujung (kiri-kanan)
Bahan tali ris bawah yang umum digunakan
adalah Polyethylene ( PE ) diameter 2 – 5 mm.

Gambar 36. Tali Ris Bawah
2)
Mengukur diameter tali ris bawah pada
penampang garis tengah tali atau menggunakan Nomer bagi bahan tali Nylon
Monofilament.

Gambar 37. Diameter Tali Ris Bawah
h. Pemberat
Menentukan pemberat yaitu mencatat kode pemberat, bahan pemberat, dan daya
tenggelam (jika telah tercantum) dalam g, diameter luar dan diameter dalam
lubang, panjang pemberat serta kebutuhan pemberat dalam 1 (satu) pis atau 1 tinting
jaring. Umumnya digunakan pemberat buatan pabrik dari bahan timah hitam atau Plumbum
(Pb).
2. Komponen Kelengkapan Jaring
a. Tali Pelampung Tanda ( Tali
Umbul )
1)
Menentukan panjang tali pelampung tanda :
diukur dari ujung (pengikat pelampung) sampai pangkal tali
|






Gambar 38. Tali Pelampung Tanda
2)
Mengukur diameter tali pelampung tanda diukur
pada penampang terluar garis tengah tali dengan satuan millimeter ( mm ).

Gambar 39. Diameter Tali Pelampung Tanda
b. Pelampung Tanda
Menentukan pelampung (umbul) yaitu mencatat
kode pelampung, bahan pelampung, ukuran pelampung dan jumlah pelampung. Contoh
pelampung tanda (lihat gambar ) di bawah ini :

Gambar 40. Pelampung Tanda (Umbul)
c. Tali Jangkar
1)
Menentukan panjang tali jangkar : diukur dari
ujung (yang mengikat jangkar) sampai ke pangkal (yang mengikat tali ris bawah).
Panjangnya 5 – 10 meter.

Gambar 41. Tali Jangkar
2)
Mengukur diameter tali jangkar : diukur pada
penampang garis tengah tali jangkar (mm).

Gambar 42. Pengukuran diameter Tali
Jangkar
d. Jangkar
Menentukan ukuran Jangkar yaitu mencatat
bahan jangkar, ukuran diameter bahan jangkar (mm) dan berat jangkar (kg) serta
bentuk kaki jangkar.

Gambar 43. Jangkar
e. Tali Pelampung Tambahan
1)
Menentukan panjang tali pelampung tambahan :
diukur dari ujung (yang mengikat pelampung ) sampai pangkal (yang mengikat tali
ris atas) (m).

Gambar 44 Tali Pelampung Tambahan
2) Mengukur
diameter tali pelampung tambahan : diukur pada penampang garis tengah tali
(mm).

Gambar 45. Pengukuran Diameter Tali Pelampung Tambahan
f. Pelampung Tambahan
Menentukan ukuran pelampung tambahan yaitu
mencatat kode pelampung, bahan pelampung, ukuran pelampung (panjang x lebar),
daya apung pelampung serta kebutuhan pelampung dalam 1 (satu) piece
(pis) jaring.

Gambar 46. Dimensi Pelampung Tambahan
Bisa bantu saya untuk desain alat tangkap..ada honornya .. Email saya jerycoimmanuel@yahoo.co.id
BalasHapus